Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reverse (The Fed) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia kemarin memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,25%-5,50%. The Fed bahkan mengisyaratkan untuk memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan.
Keputusan tersebut meningkatkan kepercayaan para investor emas jika harga sang logam mulia akan tetap menanjak untuk tahun 2024 sejalan dengan isyarat Th Fed untuk memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan.
Keputusan The Fed menahan suku bunga Kamis lalu merupakan yang ketiga kalinya dalam tiga pertemuan terakhir. Keputusan juga sejalan dengan ekspektasi pasar.
Sebagai catatan, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, dan Desember 2023.
https://datawrapper.dwcdn.net/6Eo54/14/
Suku bunga yang lebih rendah dapat membuat dolar AS melemah sehingga meningkatkan daya tarik emas untuk para pembeli asing dengan harga emas yang lebih murah terhadap mata uang asing lainnya.
Harga emas diperkirakan bullish untuk 2024 dan diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi karena serangkaian pemotongan suku bunga The Fed. Permintaan emas oleh bank sentral, dan peran emas batangan sebagai nilai lindung geopolitik sebagai pilihan terakhir.
Outlook komoditas Bank Dunia mencatat eskalasi konflik Timur Tengah dapat menyebabkan kenaikan harga emas secara signifikan, didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap aset-aset safe-haven.
Memprediksi kenaikan harga emas pada 2024, lembaga riset BMI, salah satu unit Fitch Solutions, mengutip antisipasi aliran investasi ke emas. Proyeksi tersebut memperhitungkan perlambatan pertumbuhan global dari 2,6% pada 2023 menjadi 2,1% pada 2024, melemahnya dolar lebih lanjut, dan kemungkinan resesi dangkal sebesar 50% di AS, sehingga mendorong potensi penurunan suku bunga oleh The Fed.
Karena kekhawatiran inflasi, emas menjadi lindung nilai yang populer, menawarkan diversifikasi portofolio dan nilai jangka panjang. Meskipun ada fluktuasi, para ahli mempertimbangkan prediksi harga tahun 2024.
Faktor geopolitik, seperti konflik dan pemilihan presiden, juga dapat berdampak signifikan pada harga emas di tahun 2024. Misalnya, selama konflik Israel-Hamas pada Oktober 2023, harga emas melonjak karena meningkatnya risiko geopolitik, yang mencerminkan perannya sebagai aset safe-haven selama masa ketidakpastian.
Selain itu, pemilihan presiden AS yang akan datang pada tahun 2024 diperkirakan akan mempertahankan permintaan ritel yang tinggi terhadap emas karena investor berupaya melakukan lindung nilai terhadap potensi risiko keuangan yang terkait dengan pergantian kepemimpinan.
Ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik menunjukkan kenaikan harga emas pada 2024. Collin Plume, pendiri Noble Gold Investments, menekankan emas sebagai lindung nilai portofolio yang penting selama krisis. WisdomTree memperkirakan kenaikan yang stabil pada tahun 2024, dengan prospek bullish untuk logam kuning sebesar U$2,300 per troy ons.
Harga emas global melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada bulan ini, melanjutkan kenaikan di akhir2023. Prospek Dewan Emas Dunia pada 2024 menyoroti skenario penurunan perekonomian atau resesi, yang keduanya mendukung harga emas yang lebih tinggi. Ketidakpastian, ketegangan global dan potensi penurunan suku bunga berkontribusi terhadap kuatnya permintaan emas.
Adapun dalam mengantisipasi penurunan imbal hasil, harga emas diperkirakan akan semakin naik. FXEmpire memperkirakan potensi reli besar, memproyeksikan emas akan mencapai US$3.000 per troy ons pada tahun 2024, jika melampaui batas psikologis US$2.100 per troy ons.
Sementara, Bank of America (BAC) pada April lalu memperkirakan emas dapat mencapai US$2.200 per troy ons pada kuartal IV 2023, sebuah prediksi yang mungkin sejalan dengan reli yang sedang berlangsung.
Harga emas telah melonjak dari sekitar US$1.200 per troy ons pada Oktober 2018 menjadi US$1.874 per troy ons saat ini, menandai peningkatan lebih dari 50% dalam lima tahun.
Meskipun sedikit lebih rendah dari puncaknya pada 2023, para ahli, termasuk Alex Ebkarian, berpendapat bahwa penurunan tersebut kemungkinan hanya bersifat sementara, karena peningkatan imbal hasil obligasi dan dolar yang lebih kuat.
Banyak analis, termasuk Sean Casterline dari Delta Capital Management, percaya bahwa beberapa tahun terakhir telah terjadi konsolidasi emas sebelum potensi pergerakan naik.
Dengan potensi tekanan inflasi akibat kebijakan fiskal yang ekspansif dan permintaan pemerintah dan industri yang terus berlanjut, para ahli memperkirakan harga emas akan naik pada 2024.
Skenario yang lebih mungkin terjadi adalah soft landing, dengan kemungkinan 45% hingga 65%, menjaga harga emas tetap stabil dengan potensi kenaikan, atau resesi, dengan peluang 25-55%, yang menyebabkan harga emas menjadi lebih tinggi.
Secara historis, emas telah mengalami apresiasi, menjadikannya investasi yang tepat di tengah ketidakstabilan geopolitik, inflasi, dan suku bunga yang tinggi. Namun, penting untuk diingat bahwa emas pada umumnya dipandang sebagai alat pengaman dan bukan sebagai sumber keuntungan jangka pendek yang besar. https://kreditmacet.com/