Gimana Kabar Bensin Pertamax Green 92? Ini Kata Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, mengungkapkan kabar terbaru dari rencana pencampuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin Pertalite (RON 90) dengan bioetanol, sehingga akan menghasilkan bensin setara RON 92 atau yang akan dinamakan Pertamax Green 92.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, saat ini pihaknya masih fokus pada produk Pertamax (RON 92) yang sudah lebih dahulu dicampur dengan bioetanol 5%, yakni Pertamax Green 95.

Untuk pengembangan Pertamax Green 92 sendiri, nantinya pihaknya akan mengkaji kembali kesiapan produksi dari bioetanol yang akan dicampurkan tersebut.

“Belum, kita fokus di (Pertamax) Green 95 dulu saja, nanti yang 92 tentunya nanti akan kembali bagaimana produksi atau kesiapan stok dari bioetanol,” ucapnya saat ditemui di SPBU Pertamina Tanah Abang, dikutip Jumat (15/12/2023).

Adapun saat ini, produksi bioetanol yang tersedia kerja sama antara Pertamina dengan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN) sebesar 30 ribu kilo liter (kl) per tahun.

“Tapi kalau memang nanti seluruh Jawa, Kalimantan, atau bahkan nasional disalurkan, tentu kita akan butuh lebih,” tambahnya.

Sebelumnya, Kementeran Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal rencana PT Pertamina (Persero) yang ingin mengubah Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi khususnya Pertalite (RON 90) menjadi Pertamax Green 92.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa Pertamina memang saat ini tengah melakukan studi untuk mencampurkan BBM bersubsidi tersebut dengan Bahan Bakar Nabati (BBN) yakni etanol 7% (E7). Dia mengatakan bahwa studi yang dilakukan saat ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar emisi yang bisa ditekan dengan campuran tersebut.

“Lagi dicoba, teknisnya oke gak? Kemudian nanti dari emisinya oke nggak? Oke kan. Nanti juga dari cost-nya,” ujar Arifin di Jakarta, dikutip Minggu (15/10/2023).

Selain itu, pihaknya juga perlu memastikan terlebih dahulu ketersediaan etanol dan produk turunannya di dalam negeri untuk program campuran BBM ini. Mengingat, kebutuhan tebu untuk produksi gula saja di Indonesia masih kurang.

“Sekarang aja gula kita masih impor, kita harus kembangin kebun tebu, kemudian maksimalkan produksi gula dalam negeri ya itu berkembang terus,” kata Arifin.

Menurut Arifin apabila produksi gula di dalam negeri sudah berlebih, maka bahan baku tebu selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk produksi etanol.

“Kalau ini berkembang, kelebihannya bisa kita bikin etanol atau memang ada yang spesial area dedicated untuk memang bangun etanol industri. Kita punya potensi gede,” ujarnya. https://horeoraduwe.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*