Canggih! Mahasiswa UGM Bikin Alat Pendeteksi Stunting Berbasis AI

Jakarta – Jumlah kasus stunting pada bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting pada anak di bawah 5 tahun sebesar 21,6%.
Prihatin atas masalah kesehatan tersebut, lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat pendeteksi dini stunting pada anak. Berbeda dengan alat pada umumnya, alat yang dibuat mahasiswa UGM ini memanfaatkan Artificial Intelligence (AI).

“Alat ESDS berbasis artificial intelligence ini dirancang agar dapat menghemat waktu serta meminimalkan kesalahan pengukuran karena faktor kesalahan manusia yang masih menggunakan alat ukur secara konvensional,” tutur ketua tim pengembang, A.A. Gde Yogi Pramana, dikutip dari laman UGM, Selasa (21/11/2023).

Yogi merancang alat pendeteksi stunting bernama Electronic Stunting Detection System (ESDS) ini bersama Haidar Muhammad Zidan, Faiz Ihza Permana, Ichsan Dwinanda Handika, dan Salsa Novalimah. Sebelumnya, tim mendapatkan dana hibah dari Kemendikbudristek dan lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas ) 2023.


Pengukuran Otomatis
Yogi mengatakan, alat buatan timnya ini berlaku bagi deteksi stunting anak di bawah usia dua tahun. Alat ini bisa menjadi alternatif bagi kader posyandu yang biasanya menggunakan alat infantometer board dan timbangan.

Pada posyandu yang tak memiliki alat tersebut maka pengukuran dan pencatatan dilakukan dengan alat seadanya. Tentunya, hasil pengukuran bisa menjadi kurang akurat karena tak sesuai dengan standar persyaratan antropometri.

“Saat memakai timbangan dacin yang berbasis manual dengan model ayunan seringkali dalam proses penimbangan pengukuran tidak akurat karena bayi merasa tidak nyaman dan banyak bergerak. Selain itu, proses kalibrasi timbangan tak jarang dilakukan dengan cara menambahkan kerikil yang dimasukkan ke dalam plastik kemudian diikat di ujung timbangan dacin agar timbangan tersebut tepat berada di titik nol sehingga rentan bagi alat tersebut untuk melakukan kesalahan pengukuran,” kata Yogi.

Dengan alat ESDS ini, hasil pengukuran akan otomatis muncul pada aplikasi yang terintegrasi. Dengan demikian, hasil pengukuran bisa dipantau secara berkala lewat bantuan machine learning tersebut.

Tersedia dalam Aplikasi HP dan Website
ESDS merupakan pengambangan dari alat yang sebelumnya sudah ada namun dimodifikasi pada framework sistem informasi yakni codeigniter. Alat ini terintegrasi dengan website application dan mobile application.

Lewat dua aplikasi tersebut, orang tua atau petugas posyandu dapat melihat informasi tentang tumbuh kembang anak seperti status gizi dan riwayat tumbuh kembang anak. Pencatatan pun sudah dirancang secara realtime sehingga lebih cepat dan akurat.

“Alat ini terintegrasi dengan web-application untuk mengendalikan alat ukur bagi kader yang melakukan antropometri dan menampilkan laman untuk registrasi bayi,” jelas Yogi.

Cara Kerja Alat
Lebih jelasnya, Faza menuturkan pengambilan keputusan pada alat ini memanfaatkan SMOTE-ENN yang diintegrasikan dengan Ensemble Learning. Keunggulan dari algoritma tersebut yakni dapat melakukan prediksi sampel sehingga algoritma berjalan secara lebih cepat.

Proses kerja dari alat ini dimulai dari saat balita ditimbang pada permukaan alat yang memiliki sensor high precision load cell. Setelah itu, alat akan membaca besaran yang diukur atau ditimbang.

Hasil pembacaan lalu akan dikalibrasi lewat metode regresi linear untuk mendapatkan calibration factor. Kemudian, LCD akan menampilkan hasil dari penimbangan dan pengukuran berupa data massa dan panjang tubuh bayi. https://documentsemua.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*